-

Laman

Senin, 09 Juli 2018

Fakta di balik mitos tentang otak

Fakta di balik mitos tentang otak,- Beberapa hal mengenai otak yang sering kita dengar terkadang hanya mitos belaka. Deepak Chopra,  mengungkapkan fakta di balik tiga mitos otak yang sering dipercaya.

Mitos: "Otak tak bisa berubah."
Fakta: "Otak manusia sebenarnya cukup fleksibel jika dirawat. Otak bisa dibentuk kembali, jalur-jalurnya juga bisa diubah jika manusia mau mempelajari hal baru, memiliki keinginan baru, dan melatih pemikiran mereka. Hal ini bisa dibuktikan ketika setiap kali ada orang yang mengalami pemulihan cepat dari penyakit.

Mitos: "Hilang ingatan karena usia tua tak bisa dicegah dan diputar balikkan."
Fakta: Sangat mungkin untuk mencegah atau bahkan mengembalikan ingatan yang hilang karena usia tua. Kuncinya adalah terus membuat otak aktif dengan belajar hal-hal baru. Selain itu, ingatan terkadang berkaitan kuat dengan perasaan. Untuk itu, lakukan segala hal dengan penuh perasaan dan semangat. Jangan mudah berputus asa atau apatis terhadap usia tua.

Mitos: "Semakin tua, otak kita semakin banyak kehilangan sel otak yang tak bisa digantikan.
Fakta: Manusia memang kehilangan se otak dengan bertambahnya usia. Namun sel otak bisa diperbarui dan ditingkatkan melalui proses neurogenesis. Kita bisa meningkatkan pertumbuhan sel dengan belajar hal-hal baru, mengambil risiko, dan melakukan gaya hidup sehat. Anda juga sebaiknya menghindari stres dan trauma yang bisa menghambat proses neurogenesis.

Jumat, 06 Juli 2018

Ingin tahu kaitan antara pestisida dan kanker? Ini jawabannya

Ingin tahu kaitan antara pestisida dan kanker? Ini jawabannya,- Bukan suatu hal yang baru lagi jika banyak para petani sekarang ini menggunakan bahan kimia, seperti pestisida, herbisida, fungisida dan disenfektan untuk membasmi penyakit dan hama tanaman.

Banyak organisasi concern terhadap lingkungan tidak menginginkan penggunaan zat-zat kimia tersebut karena dapat merusak lingkungan atau alam. Akan tetapi, apakah hanya lingkungan atau alam saja yang akan rusak jika zat-zat kimia tersebut digunakan? Ternyata tidak, karena manusia juga mendapatkan imbas dari penggunaannya secara tidak langsung.

Ketika zat-zat semacam itu digunakan, residu yang terkandung di dalamnya dapat berisiko mengakibatkan kanker bagi manusia. Bahkan sisa-sisa residunya juga mampu bertahan lebih lama ketika tertiup angin dan masuk ke dalam rumah atau tempat tinggal. Menurut Environmental Protection Agency (EPA), tingkat bahaya residu tersebut lebih tinggi ketika sudah masuk dan 'mengendap' di dalam rumah daripada di luar ruangan, karena kapan saja, setiap orang yang masuk atau tinggal di rumah tersebut akan menerima efek secara perlahan.

Tidak hanya itu saja, sisa residu yang masih menempel di tanaman yang dijual di pasar atau juga di supermarket juga akan tetap ada walaupun sudah dicuci atau dimasak. Dengan mengonsumsi makanan yang sudah tercemar bahan kimia tersebut, maka ketika dikonsumsi, bakteri baik di dalam tubuh akan dilemahkan dan membuat sistem pencernaan serta sistem imun melemah. Jika sistem imun melemah, maka akan ada banyak risiko serangan penyakit yang akan didapatkan seseorang.

Mungkin bagi mereka yang memiliki tingkat kekebalan tubuhnya tinggi, sisa residu tersebut tidak berakibat terlalu fatal, akan tetapi bagi orang-orang yang sangat sensitif atau memiliki sistem imun lemah khususnya anak-anak, maka risiko terkena kanker semakin tinggi. Paparan dari zat kimia tersebut dipercaya mampu memunculkan bibit sekaligus mengembangbiakkan kanker dalam tubuh.

Lantas bagaimana dengan para petani yang menggunakan pestisida untuk tanaman mereka?

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan Agricultural Health Study (sebuah organisasi penelitian yang merupakan gabungan dari National Cancer Institute dan National Institute of Environmental Health Sciences), mengungkapkan bahwa petani tidak memiliki risiko terhadap beberapa jenis penyakit, seperti serangan jantung, kanker paru-paru, kanker prostat sampai dengan kanker usus besar. Hal tersebut dikarenakan gaya hidup aktif mereka yang membuat banyak toksin dalam tubuh keluar melalui keringat dan urin.

Akan tetapi, para petani ini lebih berisiko terkena serangan beberapa jenis kanker lain, seperti leukemia, limfoma non-Hodgkin, multiple myeloma dan sarcoma jaringan lunak, serta kanker kulit, bibir, perut dan otak. Hal ini disebabkan paparan langsung terhadap zat kimia tersebut walaupun mereka sudah mengenakan masker.

Oleh karenanya, sekarang ini banyak orang yang mulai beralih mengonsumsi makanan yang diproduksi dengan cara organik atau tidak menggunakan bahan kimia.

Selasa, 03 Juli 2018

Gejala Tumor Otak pada Bayi

Gejala Tumor Otak pada Bayi,- Apakah Anda merasa kepala bayi membesar, gerakan anggota badan yang tidak normal, dan sering muntah? Bisa jadi bayi Anda mengalami penyakit serius. Bayi Anda mungkin mengidap penyakit tumor otak dan perlu segera ditangani oleh dokter.

tumor otak merupakan sebuah penyakit yang akan berpengaruh pada pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan bayi. Tumor otak merupakan gumpalan sel-sel otak yang tumbuh secara berlebihan dan tidak normal. Ketika gumpalan tersebut membesar, akan menekan daerah lain di otak yang akan memengaruhi fungsi otak.

Penelitian dan ilmu kedokteran belum mengetahui secara pasti penyebab dari tumor otak pada bayi. Tetapi beberapa peneliti percaya tumor ini terjadi karena faktor genetik dan lingkungan. Bagaimana Anda tahu jika bayi anda terkena tumor otak? Berikut ini beberapa gejala yang nampak pada bayi yang mengidap tumor otak.

Bayi tidak mampu untuk menggerakan anggota badan, seperti wajah, lengan, badan, dan kaki.
Bayi sulit untuk melakukan gerakan normal.
Bayi sering menangis.
Kepala bayi yang cepat membesar.
Bayi sering muntah

Tumor otak pada bayi apat disembuhkan jika diobati sejak dini. Segeralah meminta bantuan medis dan mengikuti prosedur pengobatan. Dengan begitu, bayi Anda akan memiliki peluang untuk hidup normal dan bahagia.